Rabu, 06 November 2013
mentri keuangan mengatakan kppn surabaya rapih
Liputan Kegiatan Rapat Dinas dan Value Gathering Kementerian Keuangan wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa TenggaraSurabaya, perbendaharaan.go.id - Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo melakukan kunjungan kerja ke instansi vertikal Kementerian Keuangan di Surabaya, Jumat (5/4). Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Rapat Dinas dan Value Gathering Kementerian Keuangan wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Dalam kunjungannya ke KPPN Surabaya I, Menteri Keuangan langsung menyambangi front office. Disana ia menyapa para pegawai KPPN Surabaya I. Agus D.W. Martowardojo mengingatkan kembali faktor kecepatan dan keamanan dalam mekanisme pencairan dana. Selanjutnya, Menteri Keuangan memasuki satu per satu ruang middle office hingga back office. Disana Agus D.W. Martowardojo memberikan apresiasi atas kerapihan kantor tersebut. “Terima kasih, kantornya sudah rapi,” pujinya kepada para pegawai KPPN Surabaya. Selepas mengunjungi KPPN Surabaya I, Menteri Keuangan melanjutkan kunjungan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur. Agus menyapa seluruh pegawai di ruang front office. Disana ia sempat berbincang bersama stakeholders dari Kementerian Kesehatan. Agus D.W. Martowardojo ingin memastikan kenyamanan stakeholders dalam menerima layanan dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut, Satuan Kerja Kementerian Kesehatan sedang melakukan konsultasi atas permasalahan pembayaran tagihan Hotel. Ia menyampaikan kepuasannya kepada Menteri Keuangan atas layanan dan solusi dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur. Saat ditanya oleh Menteri keuangan, “Bagaimana pelayanan disini?” Pegawai Satuan Kerja tersebut kemudian mengangkat jempolnya. Oleh: Novri H.S. Tanjung – Media Center Ditjen Perbendaharaan
enam laporan keuangan terdapat selisih
Liputan Rekonsiliasi Tripartit Tahap IIJakarta, perbendaharaan.go.id - Sebanyak enam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) tahun 2012 (unaudited) masih memiliki selisih terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Hal tersebut disampaikan oleh Pelaksana tugas Auditor Utama Keuangan Negara II BPK, I Gede Kastawa, dalam Rekonsiliasi Tripartit, Rabu (17/4), di Hotel Milenium Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, dari 73 kementerian/lembaga dan 7 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN), sebagian besar telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun masih terdapat beberapa kementerian/lembaga yang belum memperoleh opini WTP.Pemerintah bersama BPK telah menyepakati adanya forum rekonsiliasi tiga pihak (tripartit), yaitu antara Kementerian Keuangan, kementerian/lembaga dan BPK. Rekonsiliasi tripartite merupakan tahapan dalam penyusunan laporan keuanganaudited, yang sekaligus sebagai upaya meningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah.Sementara itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus Suprijanto menyampaikan harapannya, agar temuan-temuan dari BPK telah selesai ditindaklanjuti dengan baik dan tidak menjadi temuan audit lagi pada laporan keuangan tahun 2012 dan tahun-tahun berikutnya. Agus juga mengharapkan agar seluruh kementerian/lembaga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dengan melakukan perencanaan dan penganggaran, pelaksaanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dengan baik. Terkait dengan pelaksanaan anggaran, diharapkan agar kementerian/lembaga mempercepat realisasi anggaran agar tidak menumpuk di akhir tahun anggaran dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan dan pelayanan kepada masyarakat.Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Yuniar Yanuar Rasyid menyampaikan bahwa apabila terdapat permasalahan terkait dengan perlakuan akuntansi atau koreksi LKKL yang tidak dapat diselesaikan pada meja rekonsiliasi, maka Tim Pendamping menyampaikan permasalahan tersebut kepada Tim Pengkaji untuk mendapatkan solusinya. Selanjutnya, hasil pembahasan oleh Tim Pengkaji dijadikan dasar dalam penyajian LKKL, LKBUN, dan LKPP, serta dituangkan dalam notulen Tim Pengkaji. Yuniar melanjutkan, bahwa apabila selama pelaksanaan rekonsiliasi masih terdapat kementerian/lembaga yang belum menyelesaikan rekonsiliasi datanya, maka rekonsiliasi dapat dilanjutkan paling lambat hari Senin tanggal 22 April 2013. Tempat pelaksanaan rekonsiliasi lanjutan sesuai kesepakatan bersama.Untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2012, rekonsiliasi tripartit dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap I yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 April 2013 untuk 11 kementerian/lembaga dan tahap II yang dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 19 April 2013 untuk 73 kementerian/lembaga dan 7 BA BUN.
enam laporan keuangan terdapat selisih
Liputan Rekonsiliasi Tripartit Tahap IIJakarta, perbendaharaan.go.id - Sebanyak enam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) tahun 2012 (unaudited) masih memiliki selisih terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Hal tersebut disampaikan oleh Pelaksana tugas Auditor Utama Keuangan Negara II BPK, I Gede Kastawa, dalam Rekonsiliasi Tripartit, Rabu (17/4), di Hotel Milenium Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, dari 73 kementerian/lembaga dan 7 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN), sebagian besar telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun masih terdapat beberapa kementerian/lembaga yang belum memperoleh opini WTP.Pemerintah bersama BPK telah menyepakati adanya forum rekonsiliasi tiga pihak (tripartit), yaitu antara Kementerian Keuangan, kementerian/lembaga dan BPK. Rekonsiliasi tripartite merupakan tahapan dalam penyusunan laporan keuanganaudited, yang sekaligus sebagai upaya meningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah.Sementara itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus Suprijanto menyampaikan harapannya, agar temuan-temuan dari BPK telah selesai ditindaklanjuti dengan baik dan tidak menjadi temuan audit lagi pada laporan keuangan tahun 2012 dan tahun-tahun berikutnya. Agus juga mengharapkan agar seluruh kementerian/lembaga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dengan melakukan perencanaan dan penganggaran, pelaksaanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dengan baik. Terkait dengan pelaksanaan anggaran, diharapkan agar kementerian/lembaga mempercepat realisasi anggaran agar tidak menumpuk di akhir tahun anggaran dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan dan pelayanan kepada masyarakat.Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Yuniar Yanuar Rasyid menyampaikan bahwa apabila terdapat permasalahan terkait dengan perlakuan akuntansi atau koreksi LKKL yang tidak dapat diselesaikan pada meja rekonsiliasi, maka Tim Pendamping menyampaikan permasalahan tersebut kepada Tim Pengkaji untuk mendapatkan solusinya. Selanjutnya, hasil pembahasan oleh Tim Pengkaji dijadikan dasar dalam penyajian LKKL, LKBUN, dan LKPP, serta dituangkan dalam notulen Tim Pengkaji. Yuniar melanjutkan, bahwa apabila selama pelaksanaan rekonsiliasi masih terdapat kementerian/lembaga yang belum menyelesaikan rekonsiliasi datanya, maka rekonsiliasi dapat dilanjutkan paling lambat hari Senin tanggal 22 April 2013. Tempat pelaksanaan rekonsiliasi lanjutan sesuai kesepakatan bersama.Untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2012, rekonsiliasi tripartit dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap I yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 April 2013 untuk 11 kementerian/lembaga dan tahap II yang dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 19 April 2013 untuk 73 kementerian/lembaga dan 7 BA BUN.
enam laporan keuangan terdapat selisih
Liputan Rekonsiliasi Tripartit Tahap IIJakarta, perbendaharaan.go.id - Sebanyak enam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) tahun 2012 (unaudited) masih memiliki selisih terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Hal tersebut disampaikan oleh Pelaksana tugas Auditor Utama Keuangan Negara II BPK, I Gede Kastawa, dalam Rekonsiliasi Tripartit, Rabu (17/4), di Hotel Milenium Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, dari 73 kementerian/lembaga dan 7 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN), sebagian besar telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun masih terdapat beberapa kementerian/lembaga yang belum memperoleh opini WTP.Pemerintah bersama BPK telah menyepakati adanya forum rekonsiliasi tiga pihak (tripartit), yaitu antara Kementerian Keuangan, kementerian/lembaga dan BPK. Rekonsiliasi tripartite merupakan tahapan dalam penyusunan laporan keuanganaudited, yang sekaligus sebagai upaya meningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah.Sementara itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus Suprijanto menyampaikan harapannya, agar temuan-temuan dari BPK telah selesai ditindaklanjuti dengan baik dan tidak menjadi temuan audit lagi pada laporan keuangan tahun 2012 dan tahun-tahun berikutnya. Agus juga mengharapkan agar seluruh kementerian/lembaga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan dengan melakukan perencanaan dan penganggaran, pelaksaanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dengan baik. Terkait dengan pelaksanaan anggaran, diharapkan agar kementerian/lembaga mempercepat realisasi anggaran agar tidak menumpuk di akhir tahun anggaran dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan dan pelayanan kepada masyarakat.Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Yuniar Yanuar Rasyid menyampaikan bahwa apabila terdapat permasalahan terkait dengan perlakuan akuntansi atau koreksi LKKL yang tidak dapat diselesaikan pada meja rekonsiliasi, maka Tim Pendamping menyampaikan permasalahan tersebut kepada Tim Pengkaji untuk mendapatkan solusinya. Selanjutnya, hasil pembahasan oleh Tim Pengkaji dijadikan dasar dalam penyajian LKKL, LKBUN, dan LKPP, serta dituangkan dalam notulen Tim Pengkaji. Yuniar melanjutkan, bahwa apabila selama pelaksanaan rekonsiliasi masih terdapat kementerian/lembaga yang belum menyelesaikan rekonsiliasi datanya, maka rekonsiliasi dapat dilanjutkan paling lambat hari Senin tanggal 22 April 2013. Tempat pelaksanaan rekonsiliasi lanjutan sesuai kesepakatan bersama.Untuk penyusunan laporan keuangan tahun 2012, rekonsiliasi tripartit dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap I yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 April 2013 untuk 11 kementerian/lembaga dan tahap II yang dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 19 April 2013 untuk 73 kementerian/lembaga dan 7 BA BUN.
Selasa, 05 November 2013
jurnal keuangan (variabel penelitian)
1. PENGERTIAN VARIABEL
Istilah variabel dapat diartikan
bermacam – macam. Dalam tulisan ini variable diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula
dinyatakan variabeL penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Kalau ada pertanyaan tentang apa
yang akan di teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi
variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel
dapat didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai
“Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang
lain (Hatch dan Farhady,1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Menurut Y.W Best yang disebut
variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik
yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu
penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggii Depdikbud menjelaskan bahwa
yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa
variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang kan diteliti.
Apa yang merupakan variabel dalam
sesuatu penelitian ditentikan oleh landasan teoritisnya, dan ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda,
variabel-variebel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang
dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh sofistikasi rancangan
penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan penelitian, akan melibatkan
variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya, dan sebaliknya.
2. KLASIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel yang telah
diidentifikasikan perlu diklasifikasikan, sesuai dengan jenis dan peranannya
dalam penelitian. Klasifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambilan
data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk
diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi
data biasa digolongkan menjadi 4 jenis yaitu (a). Data Nominal, (b). Data
Ordinal, (c). Data Interval dan, (d). Data ratio. Demikianlah pula
variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama
- Variabel Nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses penggolongan; variabel ini bersifat diskret dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori yang lain; contoh: jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan
- Variabel Ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu di bawahnya di beri angka 3 dan seterusnya. (ranking)
- Variabel Interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasaumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh: variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu program dinyatakan dalam skor, penghasilan dan sebagainya.
- Variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak. (Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi Penelitian. hal. 26-27)
Menurut Fungsinya variabel dapat dibedakan :
a).
Variabel Tergantung (Dependent Variabel)
Yaitu kondisi atau karakteristik
yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau
mengganti variabel bebas.
Menurut fungsinya variabel ini
dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang
dipengaruhi atau variabel terpengaruhi.
Variabel ini sering disebut sebagai
variabel output, Kriteria, Konsekuen. Atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut Variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling)
variabel dependen disebut variabel Indogen.*
b).
Variabel Bebas ( Independent Variabel)
Adalah kondisi-kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka
untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.
Karena fungsi ini sering disebut
variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara
bebas berpengaruh terhadap variabel lain.
Variabel ini juga sering disebut
sebgai variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM(Structural
Equation Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.
c).
Variabel Intervening
Variabel intervenig adalah variabel
yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
Variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati
dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di
antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel Intervening juga merupakan
variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain.
Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan
terpengaruh.
d).
Variabel Moderator
Dalam mengidentifikasi variabel
moderator dimaksud adalah variabel yang karena fungsinya ikut mempengaruhi
variabel tergantung serta meperjelas hubungan bebas dengan variabel tergantung.
e).
Variabel kendali
Yaitu yang membatasi (sebagai
kendali) atau mewarnai variabel mederator. Variabel ini berfungsi sebagai
kontrol terhadap variabel lain terutama berkaitan dengan variabel
moderator jadi juga seperti variabel moderator dan bebas ia juga ikut
berpengaruh terhadap variabel tergantung
f).
Variabel Rambang
Berlainan dengan variabel bebas,
yaitu fungsinya sangat diperhatikan dalam penelitian. Variabel rambang yaitu
variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya hampir tidak
diperhatikan terhadap variabel bebas maupun tergantung. (Drs.Colid
Narbuko,Drs.H Abu Achmadi.2004.Metode Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara
Hal.119-120)
3. MERUMUSKAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL-VARIABEL
Setelah variabel – variabel
diidetifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel tersebut perlu
didefinisikan secara operasional. Penyusunan Definisi operasional ini perlu,
karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang
cocok digunakan.
Definisi Operasional adalah definisi
yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapa diamati
(diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal
yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti
untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti
terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
Cara menyusun definisi operasional
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu
1). Definisi Pola I, yaitu disusun
berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar
hal yang didefinisikan itu terjadi. Contoh :
- Frustasi adalah keadaan yang
timbul sebgai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang
sudah hampir tercapai.
- Lapar adalah keadaan dalam
individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24 jam
- Garam Dapur adalah hasil kombinasi
kimiawi antara natrium dan Clorida.
Definisi Pola I ini, yang menekankan
Operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan
atau hal yang didefinisikan, terutama berguna untuk mendefinisikan variabel
bebas.
2). Definisi Pola II, yaitu definisi
yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi.
Contoh :
- Orang cerdas adalah orang yang
tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam
menggunakan bahasa dan bilangan.
- Orang Lapar adalah orang yang
mulai menyantap makanan kurang dari satu menit setelah makanan
dihidangkan, dan menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.
3). Definisi Pola III, yaitu
definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu
nampaknnya. Contoh :
- Mahasiswa yang cerdas adalah
mahasiswa yang mempunyai ingatan baik, mempunyai perbendaharaan
kata luas, mempunyai kemampuan berpikir baik, mempunyai kemampuan
berhitung baik.
- Ekstraversi
adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
Seringkali dalam membuat definisi
operasional pola III ini peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk
mengambil datanya.
Setelah definisi operasional
variabel-variabel peneliitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung
dalam hipotesis telah dioperasionalkan. Jadi peneliti telah menyusun
prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasional,
dan siap diuji melalui data empiris. (Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi
Penelitian. hal. 30-31)
4. MACAM-MACAM HUBUNGAN ANTAR
VARIABEL
Sesungguhnya yang dikemukakan di
dalam inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antara berbagai
variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua variabel
bebas dan variabel terikat ( Independent variabel dengan dengan dependent
variabel).
a.
Hubungan Simetris
Variabel-variabel dikatakan
mempunyai hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Terdapat 4 kelompok hubungan simetris :
1). Kedua variabel merupakan
indikator sebuah konsep yang sama.
2). Kedua variabel merupakan akibat
daru suatu faktor yang sama.
3). Kedua variabel saling berkaitan
secara fungsional, dimana yang satu berada yang lainnya pun pasti disana.
4). Hubungan yang bersifat kebetulan
semata-mata.
b.
Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah
hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel
lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, dimana
tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel
yang menjadi akibat.
c.
Hubungan Asimetris (tidak simetri)
Satu variabel atau lebih
mempengaruhi variabel yang lainnya. Ada enam tipe hubungan tidak simetris,
yakni :
1). Hubungan
antara stimulus dan respons. Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu
hubungan kausal yang lazim dipergunakan oleh para ahli.
2). Hubungan
antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkkan
respons tertentu dalam situasi tertentu. Bila “Stimulus” datangnya pengaruh
dari luar dirinya, sedangkan “Disposisi” berada dalam diri seseorang.
3). Hubungan
antara diri indiviidu dan disposisi atau tingkah laku. Artinya ciri di
sini adalah sifat individu yag relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi
lingkungan.
4). Hubungan
antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu.
5). Hubungan
Imanen antara dua variabel.
6). Hubungan
antara tujuan (ends) dan cara (means)
5. PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran adalah penting bagi
setiap penelitian, karena dengan pengukuran itu penelitian dapat menghubungkan
konsep yang abstrak dengan realitas.
Untuk dapat melakukan pengukuran,
maka seseorang peneliti harus memikirkan bagaimana ukuran yang paling tepat
untuk suatu konsep. Ukuran yang tepat akan memberikan kepada penelii untuk
merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep penelitiannya. Proses pengukuran
mengandung 4 kegiatan pokok sebagai berikut :
a). Menentukan indikator untuk
dimensi – dimensi variabel penelitian.
b). Menentukan ukuran masing-masing
dimensi. Ukuran ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan
dimensinya.
c). Menentukan ukuran yang akan
digunakan dalam pengukuran, Apakah tingkat ukuran nominal, ordinal interval
atau ratio dan
d). Menguji tingkat validitas dan
reliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik.. Alat pengukur yang
baik, apabila alat pengukur itu dapat mengungkapkan realita itu dengan tepat.
Oleh karena itu dalam pengukuran gejala yang demikian itu yang dianut adalah
berdasarkan indikator-indikator konsep tersebut. Jadi kalau akan mengukur
intelegensi harus mencari apa yang menjadi indikator perbuatan yang intelegen
tersebut.
6. VARIABEL ANTARA
Salah satu asumsi dasar di dalam
ilmu pengetahuan adalah, bahwa gejala sesuatu harus ada sebab-musahabnya dan
tidak begitu saja terjadi dengan sendirinya. Setiap fenomena dipengaruhi oleh
serangkaian sebab-musahab. Oleh karena itu setiap kali kita menentukan sebab
dari suatu fenomena, selalu akan timbul pertanyaan, apakah sebab yang lainnya?
Apakah sebab yang pertama berpengaruh langsung pada fenomena tersebut, ataukah
tidak langsung dan melalui sebab yang lainnya? Pertanyaan yang terakhir ini
mengantar kita ke suatu faktor penguji yang penting yaitu “Variabel antara”.
Untuk mengatur rangkaian
sebab-musabab suatu fenomena, tentu saja lewat pengamatan serta akan sehatlah
disamping teori-teori yang menjadi pedoman. Namun di dalam rangkaian sebab
akibat itu, suatu variabel akan disebut “Variabel antara” apabila, dengan
masuknya variabel tersebut, hubungan statistika yang mulai nampak antara dua
variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. Hal ini disebabkan karena hubungan
semula nampak antara kedua variabel pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung
tetapi melalui varibel yang lain.
Keterangan : Garis putus berarti
mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak.
7. VARIABEL ANTESENDEN
Variabel Antesenden mempunyai
kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari
penelusuran hubungan kausan antara variabel.
Perbedaannya, “Variabel antara ”
menyusup diantara variabel pok, sedangkan variabel Antesenden mendahului
variabel pengaruh
Sebenarnya realita antara dua
variabel sebenarnya merupakan penggalan dari sebuah jalinan sebab akibat yang
cukup panjang. Oleh karena itu setiap usaha untuk mencari jalinan yang lebih
jauh, seperti halnya dengan variabel antesenden – akan memperkaya pengertian
kita tentang fenomena yang sedang diteliti.
Untuk dapat diterima sebagai
variabel antesenden syarat-syaratnya sebagai berikut :
- ketika variabel harus saling berhubungan : variabel antesenden dan variabel pengaruh, variebel antesenden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.
- Apabila variabel antesenden dikontrol, hubungan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lengkap. Dengan kata lain : variabel antesenden tidak mempengaruhi hubungan antara kedua variabel pokok.
- Apabila pengaruh dikontrol, hubungan antara variabel antesenden dan variabel terpengaruh harus lengkap. (Drs.Colid Narbuko,Drs.H Abu Achmadi.2004.Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Hal.131-134)
KESIMPULAN
variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel penelitian
ditentukan oleh Landasan Teorinya dan ditegaskam oleh Hipotesis penelitiannya.
Menurut datanya, variabel penelitian
dapat dibedakan : a. variabel Nominal, b. Variabel Ordinal, c. Variabel
Interval d. Variabel ratio.
Sedangkan menurut fungsinya variabel
penenelitian dapat dibedakan menjadi : Variabel tergantung, variabel bebas,
variabel intervening, variabel moderator , variabel kendali dan variabel
rambang.
Macam-macam hubungan variabel :
Simetri, timbal balik dan asimetri.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryabrata, S. 2005. Metodologi
Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Narbuko,C., Achmadi, A,H. 2004 . Metodologi
Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sugiono. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
AlfaBeta
Anonim, 1981. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
http://zoel.blog.esaunggul.ac.id/2013/01/08/variabel-variabel-dalam-penelitian/
kondisi keuangan indonesia saat ini
Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8% (YoY), namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mampu mencapai 6,5%. Adapun nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik sebesar IDR 153,4 trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7 trilyun.
Berdasarkan penggunaannya, laju pertumbuhan sektor tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 9,81% (YoY). Meski mengalami laju pertumbuhan tertinggi, secara kuartalan pertumbuhan sektor PMTB mengalami penurunan cukup signifikan. Pada kuartal IV 2012 secara year on year, sektor PMTB tumbuh sebesar 7,29% menurun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu mencapai pertumbuhan sebesar 9,80%. Bahkan pada kuartal II 2012 PMTB tumbuh sebesar 12,47% (YoY). PMTB memilikimultiplier effectyang luas karena tidak hanya mendorong sisi produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi. PMTB akan mendorong pembukaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, yang nantinya akan menstimulasi konsumsi masyarakat.
Selain PMTB, pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 juga ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga, tercatat tumbuh sebesar 5,28% (YoY). Sedangkan, sektor Konsumsi Pemerintah yang diharapkan menberikan sumbangan optimal pada pertumbuhan ekonomi nasional hanya tumbuh sebesar 1,25% (YoY).
Sementara itu, tekanan pelemahan ekonomi global berimbas pada melambatnya ekspor nasional karena berkurangnya permintaan dari negara tujuan ekspor. Di tahun 2012 ekspor Indonesia tercatat tumbuh sebesar 2,01% (YoY). Sementara itu, impor tumbuh jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,65% (YoY). Secara kuartalan, di kuartal IV 2012, impor Indonesia meningkat pesat, tumbuh sebesar 6,79% (YoY) padahal pada kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan minus 0,17% (YoY). Peningkatan impor ini diakibatkan oleh meningkatnya impor non migas dan migas. Selain itu, kenaikan impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Di tahun 2012, impor bahan baku tercatat sebesar IDR 140.127,6 juta, atau tumbuh 7,02% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar IDR 130.934,3 juta. Sementara itu, impor barang modal di tahun 2012 mencapai IDR 38.154,8 juta, tumbuh sebesar 15,24% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar IDR 33.108,4 juta. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan komponen ekspor menyebabkan Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan.
Dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu, nampaknya Indonesia masih akan mengandalkan konsumsi dalam negeri dan investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya di tahun 2013 ini karena kontribusi ekspor belum bisa diharapkan akibat permintaan global yang sedang menurun.
Dari sisi lapangan usaha, 9 sektor lapangan usaha mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2012. Di tahun 2012, sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,98% diikuti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang tumbuh sebesar 8,11%, serta sektor Konstruksi sebesar 7,50%. Adapun pertumbuhan terendah dialami oleh sektor Pertambangan dan Penggalian, tumbuh sebesar 1,49% di tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas pertambangan.
Sementara itu, di kuartal IV 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh seluruh sektor. Namun, pertumbuhan paling kecil dialami oleh sektor Pertambangan dan Penggalian, tercatat sebesar 0,48%. Di kuartal IV 2012, terdapat 6 sektor yang memiliki pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan PDB yang tumbuh sebesar 6,11% seperti sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 9,63%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh 7,80%, sektor Konstruksi dan Pengolahan masing-masing tumbuh sebesar 7,79%, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tumbuh 7,66%, serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh sebesar 7,25%.
Meski laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, kondisi ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2012 menunjukkan keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pengangguran yang semakin menurun. Tingkat pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 menurun dibandingkan dengan tingkat pengangguran Indonesia pada bulan Februari 2012. Pada bulan Agustus 2012 tingkat pengangguran Indonesia sebesar 7,24 juta atau 6,14%, sedangkan pada bulan Februari 2012 sebesar 7,61 juta atau 6,32%. Tingkat pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 juga lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada bulan yang sama tahun sebelumnya tercatat mencapai 6,56%. Turunnya tingkat pengangguran Indonesia, nampaknya juga didukung oleh persentase jumlah angkatan kerja Indonesia yang menurun pada bulan Agustus 2012. Pada bulan Agustus 2012 persentase angkatan kerja Indonesia adalah 67,88% menurun dari Februari 2012 yaitu 69,66%.
pemberitahuan dari mentri keuangan
Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, mengatakan, nama menteri keuangan yang baru akan diumumkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini. "Akan diumumkan oleh Bapak Presiden hari ini," katanya singkat ketika dihubungi Tempo di Jakarta, Senin, 20 Mei 2013.
Tapi, Julian menolak menyebutkan sosok pengganti Agus Martowardojo tersebut. Ia juga menolak berkomentar ketika ditanya apakah menteri keuangan yang baru adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Chatib Basri. "Nanti diumumkan Presiden hari ini, kita lihat saja," katanya.
Hingga saat ini, posisi menteri keuangan masih lowong sejak Agus Martowardojo diberhentikan dengan hormat, sebulan yang lalu, setelah terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa untuk sementara ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri Keuangan.
Sebelumnya, Chatib Basri diberitakan menjadi calon kuat menteri keuangan. Sempat beredar kabar ia akan dilantik Presiden pada Rabu lalu, 15 Mei. Selain Chatib Basri, nama lain yang juga meramaikan bursa calon pengganti Agus Marto sebagai menteri keuangan adalah Drajad Wibowo, kader Partai Amanat Nasional; Menteri Perdagangan Gita Wirjawan; dan Direktur Umum Bank Tabungan Negara Sofyan Basir.
Tapi, Julian menolak menyebutkan sosok pengganti Agus Martowardojo tersebut. Ia juga menolak berkomentar ketika ditanya apakah menteri keuangan yang baru adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Chatib Basri. "Nanti diumumkan Presiden hari ini, kita lihat saja," katanya.
Hingga saat ini, posisi menteri keuangan masih lowong sejak Agus Martowardojo diberhentikan dengan hormat, sebulan yang lalu, setelah terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa untuk sementara ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri Keuangan.
Sebelumnya, Chatib Basri diberitakan menjadi calon kuat menteri keuangan. Sempat beredar kabar ia akan dilantik Presiden pada Rabu lalu, 15 Mei. Selain Chatib Basri, nama lain yang juga meramaikan bursa calon pengganti Agus Marto sebagai menteri keuangan adalah Drajad Wibowo, kader Partai Amanat Nasional; Menteri Perdagangan Gita Wirjawan; dan Direktur Umum Bank Tabungan Negara Sofyan Basir.
BPK RI Lakukan Quality Assurance Keuangan Negara
Badan Pemeriksa Keuangan RI melakukan quality assurance atas keuangan negara. Hal tersebut dilakukan dengan memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN/D, dan lembaga atau badan lainnya yang mengelola keuangan negara. Demikian disampaikan Anggota BPK, Ali Masykur Musadalam acara Workshop “Menuju Wilayah Bebas Korupsi” di Institut Teknologi Surabaya (ITS), Jawa Timur, 31 Oktober 2013.
“Guna memberikan quality assurance atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK diberi mandat melalui Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23E, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,” ungkap Ali Masykur Musa dihadapan para civitas akademika ITS.
Menurut Anggota BPK, kualitas pelaporan keuangan negara/daerah sudah banyak mengalami perbaikan. Misalnya, untuk Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL) tahun 2008 yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) hanya 34 Laporan keuangan atau 41% dari 83 Laporan Keuangan, meningkat pada tahun 2012 menjadi 68 laporan keuangan atau 74% dari 92 laporan keuangan. Sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) tahun 2008 hanya 13 laporan keuangan yang memperoleh opini WTP atau 3% dari 485 laporan keuangan, meningkat pada tahun 2012 menjadi 113 laporan keuangan atau 27% dari 415 dari laporan keuangan yang telah diperiksa.
Dijelaskan bahwa dengan diperolehnya opini WTP, bukan berarti pengelolaan keuangan telah bebas dari tindak pidana korupsi atau penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara. “Opini WTP didasarkan atas pemeriksaan akun-akun laporan keuangan yang material dan dilakukan secara uji petik atausampling,” tegas Anggota BPK.
Namun demikian, lanjut Ali Masykur Musa, dengan diberikannya opini WTP, berarti manajemen entitas dalam menyajikan akun-akun laporan keuangan yang material telah memenuhi asersi manajemen. Artinya, keterjadian dan keberadaan (nilai yang dicatat dan dilaporkan benar-benar terjadi atau ada secara fisik atau tidak fiktif), asersi kelengkapan (seluruh transaksi penerimaan atau pengeluaran tidak catat, tidak ada pendapatan yang disembunyikan), asersi hak dan kewajiban (nilai yang dicatat mencerminkan hak atau kewajiban entitas pada jumlah yang seharusnya), asersi penilaian dan alokasi, serta asersi penyajian dan pengungkapan (komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya).
Dengan ditaatinya asersi tersebut menunjukkan bahwa entitas telah menyajikan informasi dalam laporan keuangan secara andal. Yaitu, bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Dengan demikian, upaya menyajikan laporan keuangan secara wajar semestinya diikuti dengan upaya meminimalisir atau menghilangkan tindakan yang mengakibatkan tercederainya asersi manajemen dan pada akhirnya merugikan keuangan negara.
rupiah senin sore melemah menjadi 11,340
Jakarta (Antara) - Mata uang rupiah pada Senin sore kembali mengalami pelemahan menjadi Rp11.340 per dolar AS setelah adanya kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap pengurangan pemberian stimulus keuangan bank sentral AS (the Fed).
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp11.340 dibanding posisi sebelumnya (1/11) Rp11.335 per dolar AS.
Analis pasar uang Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pelemahan mata uang rupiah didorong oleh investor yang masih khawatir dengan potensi pengurangan pemberian stimulus keuangan the Fed dalam beberapa bulan mendatang.
"Investor sedang khawatir the Fed akan mempercepat untuk mengurangi stimulus keuangannya setelah data di akhir pekan lalu menunjukkan berlanjutnya ekspansi sektor manufaktur AS," kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, data ekonomi Indonesia yang dirilis pada Jumat kemarin (1/11) mengisyaratkan masih adanya hambatan bagi kinerja rupiah dengan inflasi yang masih berada di level tinggi dan neraca perdagangan yang kembali defisit.
"Investor juga waspada menanti data produk domestik bruto (GDP) Indonesia pada 6 November mendatang yang dapat menegaskan berlanjutnya perlambatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara tersebut," kata dia.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova menambahkan optimistis pelaku pasar terhadap perbaikan ekonomi AS cukup tinggi sehingga dolar AS cenderung mengalami penguatan terhadap mayoritas mata uang dunia.
Dari dalam negeri, menurut dia, ekonomi Indonesia yang belum cukup baik membuat pelaku pasar mengantisipasi kinerja selanjutnya sehingga investor cenderung memegang dolar AS sebagai pelindung aset.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.389 dibanding sebelumnya (1/11) di posisi Rp11.354 per dolar AS. (ar)
pertumbuhan triwulan 3 di perkirakan 5,57 persen
Jakarta (Antara) - Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2013 hanya mencapai angka 5,57 persen (yoy) atau lebih rendah dari pencapaian pada triwulan II sebesar 5,81 persen.
"Tanda perlambatan pada pertumbuhan ekonomi telah terlihat sejak triwulan pertama, karena permintaan domestik masih melambat," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Dian menjelaskan permintaan domestik yang melemah tersebut diakibatkan oleh daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.
"Hal tersebut terlihat dari penurunan penjualan mobil, meskipun penjualan sepeda motor memperlihatkan kenaikan. Suplai uang yang beredar juga berkurang, karena penurunan daya beli. Namun, konsumsi pemerintah masih relatif tinggi," katanya.
Dian menambahkan pertumbuhan ekonomi triwulan III juga dipengaruhi laju investasi secara keseluruhan yang moderat dan relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yang terlihat dari penurunan impor barang modal.
"Data BKPM memperlihatkan realisasi investasi fisik telah melambat. Penjualan semen juga dalam tren menurun sejak 2011 yang berarti merupakan tanda pertumbuhan konstruksi melambat," paparnya.
Selain itu, faktor ekspor pada triwulan III masih belum menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, namun impor yang ikut menurun memberikan sedikit dampak positif bagi neraca perdagangan.
"Beberapa mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat dan Jepang masih berjuang untuk pulih, sehingga permintaan global masih lemah dan belum ada kabar baik yang signifikan dari harga komoditas global," ucapnya.
Menurut Dian, sektor jasa masih menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, meskipun hanya tumbuh moderat, yang terlihat dari positifnya kinerja sektor komunikasi terutama layanan jasa sambungan internet.
Namun, kegiatan ekonomi pada sektor transportasi dan sektor keuangan masih melambat sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan, untuk menahan tingginya laju inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Perlambatan juga terjadi pada sektor manufaktur yang terlihat dari penurunan penjualan mobil, mesin-mesin serta peralatan lainnya," katanya. (ar)
Langganan:
Postingan (Atom)